Tulisan ini adalah kesan Moh. Natsir pada Rahmah El Yunusiyah di hadapan Keluarga Besar Pesantren Diniyah Putri Padang Panjang, tanggal 8 Maret 1969. Amanah ini dimuat dalam buku Peringatan 55 tahun Diniyah Putri Padang Panjang.  Selamat membaca!


Pendahuluan

Dalam mengenang Almarhumah ibu Rahmah El Yunusiyah dan perjuangan beliau, teringat saya kepada waktu saya datang ke Padang Panjang dari Jakarta, dalam rangka ta’ziyah. Setelah saya balik balik catatan saya di saat itu, maka saya merasa, pada tempatnya, kalau saya ulangi menyebutnya dalam rangka memenuhi permintaan dari panitia peringatan,agar saya menulis sepatah dua dalam buku riwayat hidup dan perjuangan beliau. Almarhumah meninggalkan kita pada 26 Februari 1969. Pada tanggal 18 Maret, dalam satu pertemuan sederhana tapi khidmat di rumah kediaman Al-marhumah sendiri saya kemukakan antara lain sebagai berikut

M. Natsir dihadapan peserta peringatan 55 tahun Diniyah Putri Padang Panjang. Sumber: Buku Peringatan 55 tahun Diniyah Putri Padang Panjang. Koleksi Pusat Dokumentasi Islam Indonesia Tamadun.

Kerja Keras untuk Dunia dan Akhirat

Ada satu pesan dari jujungan kita Muhamad Saw. yang berbunyi: ‘’Hendaklah berbuat di dunia ini seolah olah kamu akan hidup selama-lamanya,Dan hendaklah kamu berbuat bagi akhiratmu seakan-akan besok kamu akan meninggal’’.

Seringkali kita di dalam beramal untuk dunia, dalam hati kita ingin membangun dunia ini sesuai degan apa yang di ridhoi oleh Allah SWT entahkah di bilang apa namanya, entahkah di bidang pendidikan umat lahir batin.

Kadang kadang kita merasa, bahwa segala sesuatu itu akan berlanjut selaman- lamanya. Lupa bahwa kita itu mau tidak mau satu kali akan berhenti di tengah jalan. Apalagi orang-orang yang merupakan seorang perintis, sebagaimana Almarhumah Ibu Rahmah El Yunusiah, yang penuh di dorong oleh cita citanya, yang siang malam semata-mata memikirkan amalannya yang di intinya supaya di terima oleh Allah SWT. dengan mengharapkan keridhannya.

Keluhanan do’a Nabi Zakaria a.s

Cita-cita perintis itu lebih panjang dari pada umumnya, tidak terbatas. Maka seperti itu, seringkali gerangan teringat kepada do’a nabi Allah Zakaria tatkala merasa sudah bertambah lanjut umumrya, tulangnya sudah lemah, rambutnya sudah putih, beliau mengadu kepada Tuhan dan berdo’a dengan suara sayup-sayup. “aku khawatir bagaimana yang akan datang apabila aku sudah tiada lagi’’. Makin lanjut umur seorang perintis dan pimpinan umat, makin seringkali terngiang di telinga Nabi Allah Zakaria itu. dan memang begitulah pada umumnya, seorang yang penuh dengan cita cita yang besar, di dorong oleh keinginan hendak berbakti kepada Allah dan khidmat kepada umat manusia—mereka itu tidak pernah merasa puas dengan apa sudah di capainya.

Setiap Perintis Khawatir Usahannya Akan Terbengkalai Saat Dia Wafat

Bagi dirinya sendiri tidak pernah usahanya itu selesai, semua usahnya itu di rasakan akan terbengkali apabila ia tinggalkan. itu bedanya seorang pemimpin, nabi, seorang yang menurutkan jejak Rasul dan Nabi-nabi itu begitu pendirian dan cita-citanya, alam berfikirnya seorang yang “Waratsatul-anbiyya’’ yang mewarisi perjuangan dari para rasul dan nabi. Maka Almarhumah bagi saudara-saudara yang ada di Padang Panjang yang saban hari ada di sekitar beliau tadinya, sudah tentu tidak asing lagi dengan sifat-sifat beliau yang demikian kita ditimpa oleh kesediahan, yang tiba-tiba rasanya kita sudah bertahun- tahun berada di sekitar ibu, apa-apa saja semuanya di pusatkan kepada beliau. lupa barangkali, bahwa pada suatu saat beliau meninggalkan kita. kita terkejut, tetapi sudah sunah Ilahi yang tidak ada ubahnya. Semua kita akan mengikuti beliau entah nanti,  besok, lusa entah setahun lagi, entah berpuluh tahun lagi, entah di mana kapan akan terjadinya.

Bagi perintis yang amalnya diridhoi Tuhan, Patahnya akan tumbuh, Hilangnya akan berganti sudah merupakan sunnatullah, kalau dia menilai satu amal perbuatan dari pada umat yang dicintainya, Allah SWT itu mempercayai kekayaan yang tak terbatas pula.

Bagi-Nya tidaklah susah untuk menggantikan dahan yang sudah lapuk dengan tunas yang muda. Begitu juga di alam manusia ini, patah tumbuh, hilang berganti. Sifat yang baik kalau dirobah, Amal yang baik akan terbengkalai.

Ada pula pekerjaan seorang pemimpin yang terbengkalai,…. karena patahnya tak tumbuh, hilangnya tak berganti. Kapan itu terjadi? Apabila Allah mencabut nikmatnya dari umat itu, mencabut nikmanya dari pada jama’ahnya itu sendiri. Bilakah Allah SWT rela untuk mencabut nikmat yang telah dikaruniakannya kepada satu umat atau jama’ah? Al-Qur’an menerangkan, Allah SWT tidak mencabut satu nikmatpun dari satu kaum, kecuali kalau kaum itu sudah merobah diri sifatnya. Hanya ini yang perlu kita jaga.

ذلك بأن الله لم يك مغيرا نعمة أنعمها على قوم حتى يغيروا ما بأنفسهم  الأنفال 53

M. Natsir menziarahi makam Rahmah el Yunusiyah. Sumber : Buku Peringatan 55 tahun Diniyah Padang Panjang. Koleksi Pusat Dokumentasi Islam Indonesia Tamadun.

Warisan ibu Rahmah ialah: “AL-AKHLAQUL KARIMAH”

Warisan beliau tidak berupa gedung, tidak berupa kekayaan materi, tidak berupa kekayaan sawah dan ladang, warisan beliau merupakan satu “akhlaqul karimah” yang besar yang terkandung di dadanya berani merintis dan berani berkurban untuk cita-cita hendak mengabdi kepada Allah SWT bersama-sama dengan orang lain, baik; tetapi sebatang karapun beliau bersedia untuk maju ke depan.

أن تقوموا لله مثنى وفرأدى  سبأ 46

Tak ada “Ananiyah” pada beliau

Itu salah satu segi dari pada akhlaq beliau, yang telah meninggalkan kita. Mudah-mudahan itulah yang telah beliau wariskan dan kita pupuk baik-baik dantara kita yang tinggal, entahkah berupa pengurus atau berupa majelis guru atau berupa murid-murid yang sedang belajar atau yang sudah tamat belajar, yang sudah bertebaran di seluruh Tanah Air kita ini. Satu segi pula daripada akhlaq Almarhumah itu, beliau bersih dari apa yang disebut “Ana”= Aku itu tidah ada pada dirinya. Sifat Aku-isme tidak pernah hinggap sedikitpun pada diri beliau. Ananiyah yang sangat berbahaya itu, Ana itu tidak ada pada beliau. Sebab inilah salah satu daripada unsur-unsur yang menyebabkan Tuhan menentukan kepada siapakah karunia hendak diberikan-Nya, dan kepada siapakah hendak ditahan-Nya atau dicabut-Nya kembali. Beliau hanya menumpahkan seluruh tenaga beliau lahir dan batin. Li i’la-i Kalimatillah tidak untuk kesenangan orang banyak, apalagi untuk kesenangan diri sendiri.

Beliau berpantang talbisul haq bil bathil

Beliau berpantang mencampur adukkan yang Hak dengan yang Bathil, talbisul haq bil bathil. Beliau berpantang pula memperjual belikan “prinsip” asal dari selamat. Kadang-kadang yang dirasakan  oleh orang lain bukan prinsip, bagi beliau itu suda prinsip. Beliau meletakkan syarat-syarat yang lebih tinggi pada diri beliau sendiri dari pada yang disyaratkannya pada orang lain. Kalau orang lain itu bolehlah tingginya syarat yang diberatkannya pada diri masing-masing itu “enam” umpamanya, bagi beliau itu tidak cukup “enam” tapi “sepuluh”.

Beliau disiplin sekali pada dri sendiri. Oleh karena itu beliau diberkati oleh Allah SWT. kalau beliau mengatakan satu kata, didengar dengan telinga diterima oleh hati. Beliau bukan tukang pidato, bukan orang yang pandai berpidato dan berkhutbah. Tetapi yang berbicara ialah akhlaq beliau sendiri, yang lebih fasih dari semua lidah yang berbicara.

Beliau berani “Uzlah”

Untuk yang Haq,

jikalau ada marabahaya yang hendak dihadapi, berpantang beliau mengericingkan mata, jikalau disitu ada terletak Haq. Beliau berani “uzlah” dari pada yang bathil,  jikalau beliau tidak kuat menantang yang bathil itu sendiri

Beliau tak mau “maeseh-eseh” menyulitkan orang lain.

Beliau tidak mau “maeseh-eseh” kepada orang yang lain, tidak mau menyulitkan orang lain. Almarhumah termasuk golongan para pejuang pada jalan Allah yang disebut dalam Al-Qur’an:

يحسبهم الجاهل أغنياء من التعفف تعرفهم بسيماهم لايسألون اناس إلحافا    البقرة 273

Maksudnya:

“…..mereka disangka orang yang tidak tahu, seolah-olah mereka mampu, lantaran mereka pandai menjaga muruah (kehormatan diri). Siapa mereka, dapat diihat dari air muka mereka. Mereka tidak membiasakan diri menadah-nadahkantangan, keliling meminta- minta….”( Al-Baqarah: 273)

Inilah beberapa segi dari pada akhlaqul karimah yang beliau miliki

Karakter yang menentukan

Istiqamah salah satu segi daripada akhlaq yang beliau perlihatkan kepada kita selama ini. Kalau ditilik dari dari sudut ilmu pengetahuan, barangkali banyak di negeri Indonesia ini, yang lebih banyak ilmunya daripada Almarhumah, yang sudah pandai meerawang bermacam-macam analisa, dam disertai sudah mempunyai gelaran doktror, drs. dan lain-lain.Tetapi bukan itu rupannya yang menentukan. Yang menentukan itu adalah AKHLAQ.

Maka patut kita ber-husnuz-zhan, bersangka baik kepada Allah SWT untuk menerima seluruh do’a kita, apakah dalam negeri atau di luar negeri yang kenal kepada beliau.

Kita berdo’a mudah-mudahan usaha yang telah beliau tinggalkan itu akan terus majau, tidak patah ditengah jalan. Kita berhusnuzdhan, bahwa Allah SWT akan menerima do’a kita semua.

Syarat do’a terkabul

Tetapi, ada syaratnya Allah mengabulkan do’a kita itu. Syaratnya ialah: usahakan dengan sungguh-sungguh untuk meneruskan rintisan beliau itu, sesuai dengan jiiwa yang telah beliau letakkan tadinya. Lindungi dari bersama-sama dari hal-hal yang bisa merusakkan. Pelihara kebersihan daripada cita-cita dan cara melakukan cita-cita itu, sebagai telah beliau tunjukkan kepada kita semua. Pelihara keragaman antara kita sesama kita, keragaman yang diikat oleh kesadaran. Kesadaran bahwa kita semua memikul tanggung jawab melanjutkan usaha ini.

Tanggung jawab kita kepada Allah SWT. dan untuk mengutarakan cinta kasih kita kepada Almarhumah itu, dengan amal perbuatan sehari-hari, jangan menjadi cedera ditengah jalan. Itu kewajiban kita semua. Kalau hal itu dilakukan, maka akan berlipat gandalah alumni-alumni dari Diniyah Putri ini nanti, akan membawakan semangat kepribadian daripada Almarhumah itu, terus menerus.

Beliau akan terus mengajar murid

Bagi orang seperti beliau itu tidak ada “mati” dalam arti yang sebenarnya sebagaimana umum.

Beliau akan terus mengajar dengan perantaraan murid-murid beliau itu sendiri. Beliau akan terus hidup dikalangan umat kita, khususnya Indonesia ini.

Harapan dari rantau

Kepada saudara-saudara yang dengan sendirinya harus menampung warisan ini dengan langsung kami yang dirantau mengharapka : Jaga, jaga gawang ini sebaik-baiknya. Saudara-saudara bertanggung jawab lebih banyak daripada yang jauh. Kami yang jauh-jauh itu hanya dapat membantu engan pikiran, dengan tenaga. Akan tetapi tiap-tiap persoalan akan dihadapi langsung oleh saudara-saudara sendiri sehari-hari di sini.

Jangan bingung meneruskan amal, kader-kader terlatih telah beliau siapkan

Kadang-kadang rasanya kita hampir bebingungan, boleh dikatakan, bagaimana meneruskannya. Tetapi kami percaya, bahwa cukup kuat tenaga-tenaga yang ada, yang sudah dilatih oleh beliau itu bertahun-tahun lamanya.

والذين جاهدوا فينا

“Bagi mereka yang benar-benar bersungguh- sungguh hendak melakukan kewajibannya, perjuangannya kepada Allah”

Jangan khawatir, jangan ragu-ragu, Allah SWT. berjanji…..

لنهدينهم سبلنا و إن الله لمع المحسنين . الأنكبوت 69

Ini bekal untuk kita berjuang, terlebih-lebih disaat kita berada di pesawangan, yang tidak tentu kemana kita akan pergi ……. dipesawangan itu kita akan ditunjukkan jalan oleh Allah SWT. jalan yang banyak, yang kadang-kadang tidak nampak oleh kita sekarang ini.

Mudah-mudahan kita generasi yang muda dari ummat Islam ini akan tampil kedepan.

“PATAH TUMBUH, HILANG BERGANTI”

Oleh: Mohammad Natsir
(Dari amanat beliau di hadapan Keluarga Besar Pesantren Diniyah Putri Padang Panjang, tanggal 8 Maret 1969)

Sumber: KoleksiPusat Dokumentasi Islam Indonesia Tamadun. Diketik ulang oleh Pusat Dokumentasi Islam Indonesia Tamadun.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here