Mussdicov, Kupasan Islam dalam Tinjauan MADILOG Tan Malaka, Badan Usaha & Penerbit Muslimin Indonesia, 1950, 20 halaman

 

 

Baca online:

KUPASAN: ISLAM DALAM TINJAUAN MADILOG TAN MALAKA oleh Musdicov

Badan Usaha & Penerbit Muslimin Indonesia pada tahun 1950 menerbitkan sebuah risalah dalam bentuk buku yang berjudul Kupasan Islam dalam Tinjauan Madilog Tan Malaka. Buku yang menggunakan nama penulis Mussdicov ini mengupas salah satu karya Tan Malaka “Islam dalam tinjauan Madilog (Materialisme, Dialektika dan Logika)” yang terbit pada tahun 1948. Sejarah mencatat Tan Malaka, salah satu tokoh Indonesia berpaham komunis yang produktif menulis. Meskipun subjektifitas Tan Malaka dalam menilai Islam sangat terasa dalam bukunya itu dan juga komparasi uraiannya yang menarik tentang Monotheisme Islam, namun banyak pandangan Tan terhadap Islam dan Muhammad shallahu ‘alaihi wa salam tidak menggunakan pendekatan normatif-idealistik (al-Qur’an, al-Hadits dan Kitab Turats) sehingga muncul banyak kekeliruan.

Adapun dikatakan Tan Malaka sewaktu kecil sudah belajar agama, lahir dari lingkungan keluarga yang taat, bahkan konon sudah hafal al-Qur’an pada usia yang relatif kanak-kanak (Santosa, 2014), bukan berarti karyanya Islam dalam tinjauan Madilog akan tepat sesuai penilaian ajaran dan konsep wahyu dalam Islam.

Sebenarnya, Tan sendiri dalam awal tulisannya sudah mengakui: “Saja sendiri tiada sempat meneruskan peladjaran Bahasa Arab dan jang telah saja peladjari berpuluh tahun silam dengan tjara surau jang sederhana itu tentulah sekarang sudah melajang sama sekali.” (hlm.1)

Ditambah lagi referensi sejarah Islam dan Arab yang beliau gunakan hanya terjemahan dari Bahasa Jerman ke dalam Bahasa Belanda karangan Dr. Snouck Hurgronje, Sale dan Maolana Mohammad Ali. Dan beliau sendiri sudah mengakui referensi yang digunakan tidak cukup untuk mengobor Islam dan sejarah (hlm.2) sekaligus kekurangan bahan bukti (hlm.7). Dari sinilah Mussdicov mendapat angin segar mengajak para pembaca untuk menilai sendiri sejauh mana kualitas penyelidikan dan tinjauan Tan Malaka terhadap Islam.

Ketidaksesuaian tinjauan Tan terletak pada beberapa hal, mulai dari anggapan bahwa sifat dan karakter Rasulullah Muhammad shallahu ‘alaihi wa salam yang hebat merupakan hasil sepuhan dari kondisi masyarakat Jahiliyyah waktu itu, Muhammad mengambil pokok besar ajaran Yahudi dan Kristen, Ketauhidan merupakan hasil pemikiran dan atas pendangan alam sekelilingnya, sampai kesalahan sejarah perdagangan Rasulullah shallahu ‘alaihi wa salam. Yang intinya semua kekeliruan itu akibat menggunakan pendekatan filsafat Materialisme, Dialektika dan Logika dalam memandang Islam dan tidak mau mengacu secara keseluruhan kepada al-Qur’an dan al-Hadits al-Shahih.

Siapakah Musdicov? Nama ini tampaknya adalah nama pena. Kita tidak mengetahui siapa sebenarnya, namun melihat dari rujukan pustaka yang dipakai Musdicov, seperti karya Muh. Abduh, kemungkinan penulis adalah muslim yang tergolong dalam gerakan Islam reformis.

Penulis juga mengkritik Buya Hamka yang memberi kata pengantar dan memuji Tan Malaka dalam buku “Islam dalam Tinjauan Madilog” karya Tan Malaka tersebut.

Lantas mengapa orang sekaliber Buya HAMKA memberi kata pengantar dan pujian terhadap buku tersebut? Simak penjelasan lebih lanjut di buku ini.

Oleh: M. Fikri Hidayatullah – Penggemar buku-buku Islam lawas.

12 COMMENTS

  1. saya bisa mendapatkan bukunya dimana, karena menurut saya tanggapan atas pendekatan materialisme dialektik yang dibawa tan malaka, membuka wacana baru dalam khasanah pemikiran dalam melihat islam itu sendiri, saya tidak mengatakan ini benar apa salah, karena ada juga beberapa pemikir moderat sekarang yang melihat islam dengan pendekatan yang dianggap ilmiah, jika boleh saya pesan bukunya dengan siapa?

  2. Bismillah

    Musdicov masih menggunakan buku liberal sebagai referensinya… (Dr. Husein Haikal) ataukah tidak ada referensi lain di masa itu?

  3. Berarti fix ya Tan Malaka bukan PKI yang diributkan FPI.. hehehe.. yuk baca sejarah, sayang banget gara gak baca sejarah malah memfitnaj sesama muslim. Apalagi yg difitnah udah meninggal pula.. 🙂

  4. Ditambah lagi referensi sejarah Islam dan Arab yang beliau gunakan hanya terjemahan dari Bahasa Jerman ke dalam Bahasa Belanda karangan Dr. Snouck Hurgronje, Sale dan Maolana Mohammad Ali. Dan beliau sendiri sudah mengakui referensi yang digunakan tidak cukup untuk mengobor Islam dan sejarah (hlm.2) sekaligus kekurangan bahan bukti (hlm.7). Dari sinilah Mussdicov mendapat angin segar mengajak para pembaca untuk menilai sendiri sejauh mana kualitas penyelidikan dan tinjauan Tan Malaka terhadap Islam.

    —————————————————————————–

    sejarah adalah sejarah.hanya karena aktor yang berjaya atau terpecundangi di masa lalu kebetulan beragama islam memangnya yang mengaku beragama islam sekarang berhak mengklaim kredit atas pemerintahan terdahulu atau wajib mendendam terhadap aktor lain yang membuat rezim yang dikatakan islam itu runtuh ya?

  5. Ketidaksesuaian tinjauan Tan terletak pada beberapa hal, mulai dari anggapan bahwa sifat dan karakter Rasulullah Muhammad shallahu ‘alaihi wa salam yang hebat merupakan hasil sepuhan dari kondisi masyarakat Jahiliyyah waktu itu, Muhammad mengambil pokok besar ajaran Yahudi dan Kristen, Ketauhidan merupakan hasil pemikiran dan atas pendangan alam sekelilingnya.
    —————————————————————————–

    kalau keimanan itu bukan berasal dari proses berpikir manusia berarti rasululloh bukan manusia yang beriman secara sadar.
    perkara yang namanya kewahyuan adalah hal yang sifatnya ghaib.tapi jika ada skenario bahwa rasululloh mengambil pokok ajaran kristen atau yahudi ya bisa jad enar.
    kalau nggak ya namanya bukan penerus tradisi ketauhidan.sebelum ada sentuhan lain-lain kan yahudi dan kristen itu hitungannya bertauhid juga.

    —————————————————————————
    sampai kesalahan sejarah perdagangan Rasulullah shallahu ‘alaihi wa salam. Yang intinya semua kekeliruan itu akibat menggunakan pendekatan filsafat Materialisme, Dialektika dan Logika dalam memandang Islam dan tidak mau mengacu secara keseluruhan kepada al-Qur’an dan al-Hadits al-Shahih.
    —————————————————————————–

    Al Quran kan produk kerasulan, sementara al hadist kan catatan bagaimana Al quran itu diejawantahkan.
    kalau seumpama nggak dengan madilog atau menolak sudut pandang lain dalam sebuah imu yang diasumsikan sebagai wahyu serta pola kebijakan yang diagamakan namanya. orang islam yang nggak jujur dalam menilai keilmuan sebagai keilmuan.
    al quran dan Hadist itu materi berupa nilai, benarnya mesti dinilai dalam kerangka pemikiran yang jujur, sampai kapan kebijakan yang ada di dalamnya itu benar, dan esensi yang mana yang jadi wahyu sebenarnya dibalik redaksional kenijakan yang mau nggak mau punya hadir dalam raga kulturalnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here