29 Maret 2017 kemarin, selepas pelaksanaan sholat Ashar berjamaah, Masjid Ulul Abshor FISIP Universitas Pasundan dihadiri jamaah. Meskipun cuaca masih mendung karena baru meredanya hujan deras, NGOBRAS (Ngobrol Bareng Sejarah Islam) yang diselenggarakan hasil kerjasama Komunitas Jejak Islam untuk Bangsa (JIB) dengan DKM Ulul Albab ini berjalan lancar.
NGOBRAS kali ini diisi langsung oleh pembina komunitas JIB, Dr. Tiar Anwar Bachtiar, M.Hum., Doktor Sejarah dari Universitas Indonesia dengan konsentrasi sejarah pemikiran. Hadirin pun terus bertambah untuk menyimak kajian yang bertema “Perkembangan dan Peta Pemikiran Islam Indonesia 1900-2000″.
Selepas moderator yang juga sebagai Pupuhu DKM Ulul Abshor, Irfan membuka acara pemateri langsung mengajak hadirin menziarahi alam pikiran Ulama-ulama Nusantara. Menyusuri jejak pemikiran Ulama Nusantara, Kang Tiar-demikian sapaan akrab pemateri- menyatakan memang cukup sulit melacaknya melalui tradisi lisan atau tradisi riwayat sebagaiman tradisi orang-orang Arab. Maka yang paling mungkin ialah melacaknya melalui tulisan Ulama yang dimaksud.
Hasil penelitian sementara ini, naskah tertua yang menampilkan pemikiran Ulama Nusantara ialah Naskah Ferrara, yaitu Naskah yang disimpan oleh seorang dokumenter asal Italia bernama Ferrara. Naskah dimaksud ialah naskah Sunan Bonang, yang kemudian diterjemah ke bahasa Belanda dengan judul Het Boek van Bonang.
Setelah Sunan Bonang, hadirin dikenalkan kepada tradisi menulis dan mengkritik dari Ulama di Pulau Sumatra seperti Hamzah Fansuri, Abdurrauf Singkel, dan Syamsuddin Sumatrani. ulama-ulama daerah lain seperti Yusuf al-Makassari, Nawawi al-Bantani dan Raja Ali Haji (Riau). Beberapa ulama tersebut dapat dikatakan telah memberi warna yang kental bagi dunia Islam khususnya di benua Asia.
Ada beberapa Ulama yang berpengaruh besar bagi Ulama-ulama di Nusantara dan corak pemikiran Islam hingga ke masa pasca kemerdekaan. Syaikh Muhammad Abduh adalah salah satunya. Kelak, corak pemikirannya yang disebarkan oleh Muhammad Rasyid Ridho melalui Majalah Al-Manar menjadi arus utama pemikiran abad ke-20 di Asia Tenggara. Bahkan untuk di Indonesia saja, banyak pertanyaan yang ditujukan ke redaksi majalah yang berpusat di Mesir ini, dari masyarakat Indonesia seperti Bandung, Palembang, Padang, Sulawesi dan Madura.
Beberapa ormas besar yang masih eksis hingga kini seperti Muhammadiyah, al-Irsyad al-Islamiyah, Persatuan Islam dan bahkan Nadhlatul Ulama melalui Kiai Wahid Hasyimnya dikenal sebagai pelanggan majalah Al-Manar.
Sesi akhir NGOBRAS kali ini ditutup dengan beberapa pertanyaan dari peserta yang berasal dari beragam kalangan ini. Muali dari mahasiswa berbagai kampus seperti Unpad, UIN dan ITB, dosen hingga guru sekolah dasar. Pertanyaan yang diajukan seputar pemikiran-pemikiran yang dianggap keliru dan sangat kental dengan pengaruh sekularisme ala masyarakat Eropa.
Oleh: Fakhri Nurzaman – Alumni Sejarah Universitas Padjadjaran
bermanfaat