Mohammad Natsir jang lahir di Alahan Pandjang Soematra Barat itoe, bukan sadja seorang pahlawan dalam bidang politik sebagaimana jang dikenali masjarakat pada oemoemnja. Djauh sebeloem ia berkiprah di lapangan perdjoeangan, baik itoe perdjoeangan pendidikan, politik dan da’wahnja, ia ternjata adalah seorang penoelis jang mahir dan mampu mengomentari berbagai matjam persoalan jang terdjadi.

Di antara permoelaan Natsir moeda mendjadi penoelis ialah ketika bersekolah di AMS (Algemene Middelbare School) –setingkat SMA sekarang- di Kota Bandoeng. Kala itoe ia berkenalan dengan Toean Ahmad Hassan –biasa dipanggil Toean A. Hassan- jang dikenal sebagai goeroe di Persatoean Islam dan bergoeroe kepadanja.[1] Toean A. Hassan inilah jang menerbitkan semangat Natsir moeda oentoek radjin membatja dan menoelis. Di bawah bimbingan goeroenja ini, Natsir pernah menoelis pandoean beribadah dalam bahasa Belanda seperti Kom Tot Het Gebed jang terbit sekitar tahoen 1930-an, kemoedian diterdjemah mendjadi Marilah Shalat ( diterbitkan oleh Media Dakwah, 1981) dan Het Vasten (tentang Shaum) jang ditoelis pada dekade jang sama.

Ketadjaman toelisan Natsir dalam mengomentari persoalan jang timbul di masjarakat, kemungkinan berawal dari kasoes setelah menghadiri pidato Domine (Pendeta Kristen Protestan) Dr. Christoffels[2] jang menjinggoeng kejakinannja sebagai seorang moeslim. Ada doea pidato jang disampaikan, jaitu “Quran en Evangelie” (Perbandingan antara Qoeran dan Ajaran Nabi Isa) dan “Muhammad als Profeet” (Moehammad sebagai Rasoel).

Meskipoen Natsir baroe pertama kali memasoeki geredja dan menjimak pidato pendeta jang halus bahasanja itoe, ia bisa merasakan arah dari pembitjaraan jang menoesoek kejakinannja. Memang haloes tapi tadjam! Pidato itoe moelanja memang memoedji Islam dan Nabi Moehammad, tetapi kesimpoelannja menjatakan bahwa jang benar-benar rasoel hanjalah Nabi Isa al-Masih. Pedih hati Natsir jang hanja bisa menjimak pidato monolog itoe tanpa ada kesempatan membantah.

Oentoenglah keesokan harinja, sebagian isi pidato itoe dimoeat dalam koran AID (Algemene Indish Dagblad). Segeralah ia menjiapkan bahan-bahan oentoek membantah isi pidato itoe, djuga tak terlewatkan setiap sore ia berkonsoeltasi kepada Toean A. Hassan di rumahnja Djalan Belakang Pak Gade (Pegadaian). Tetapi, tidak serta merta goeroenja itoe memberi djawaban, djustru diberinjalah Natsir bahan batjaan oentoek membantah dengan tepat dan argoemen jang koeat. Hasil dari bantahan itoe kemoedian dimoeat dalam koran jang sama, jaitu AID dengan djoedoel Quran en Evangelie dan Muhammad als Profeet.

Toelisan-toelisan Lepas jang Dihimpoenkan

Bila menghitoeng toelisan Pak Natsir –begitoe sapaan akrabnja hingga wafat- dalam bentoek boekoe, memang tidaklah banjak. Sebagai tjontoh, beberapa jang diseboetkan oleh Lukman Hakiem[3] -keterangan setelah djoedoel dari penoelis artikel ini- jaitoe:

  1. Capita Selecta, 3 Djilid (himpoenan toelisan dari media massa, dihimpoen D.P. Sati Alimin,.
  2. Fiqhud Da’wah (himpoenan toelisan bahan/diktat koeliah calon da’i, dihimpoen oleh S.U. Bajasut).[4]
  3. Marilah Shalat (boekoe tersendiri)
  4. Islam Sebagai dasar Negara (boekoe tersendiri, berasal dari koempoelan pidato di Konstituante).
  5. Islam dan Kristen di Indonesia (himpoenan toelisan, dihimpoen oleh E.S. Anshary).
  6. Kebudayaan Islam dalam Perspektif Sejarah (himpoenan toelisan, dihimpoen oleh E.S. Anshary).
  7. Agama dan Negara dalam Perspektif Islam (himpoenan toelisan dan pidato sedjak 1931-1987, dihimpoen oleh E.S. Anshary).
  8. Di Bawah Naungan Risalah (himpoenan toelisan).

Dari delapan djodoel terseboet (memang masih banjak lagi jang beloem diseboet) hanja nomor tiga jang benar-benar diterbitkan oetoeh sebagai satoe boekoe, boekan himpoenan toelisan. Namoen bagi penoelis, di sinilah letak kelebihannja seorang M. Natsir. Di tengah berbagai kesiboekan di lapangan perdjoeangan ia tetap menjediakan waktoe oentoek menoelis dan membahas bebagai persoalan.

Memang boekanlah perkara moedah, mempertahankan intelektualisme di tengah-tengah derasnja aroes aktivisme seperti Pak Natsir itoe. Kebanjakan aktivis jang tengah siboek, seringkali tidak dapat menjempatkan dirinja oentoek menoelis. Djoega intelektual jang produktif menoelis soal-soal masjarakat tidak semoea siboek sebagai aktivis. Gambaran jang loeas dan mendalam mengenai doea aspek jang dimiliki Pak Nastir sekaligoes ini, dikoepas toentas oleh Sohirin Mohammad Solihin, seorang Professor di International Islamic Universiti Malaysia (IIUM).[5]

Ratoesan artikel jang ditoelis oleh Pak Natsir dalam berbagai media massa, baik jang ia pimpin dan dirikan sendiri ataoe milik jang lain, konon banjak jang tidak terselamatkan. Para penghimpoen toelisan-toelisan Pak Natsir pun mengakoei sulit oentoek menjelamatkan dan menghimpoen setjara lengkap dengan pasti. Meski begitoe, itoelah sunnatuLlah. Tinggal bagaimana kita ber-ikhtiyar oentoek mengambil manfaat jang sebanjak-banjaknja dari apa jang terselamatkan, agar pahala jariyyah dari ilmoe Pak Natsir itoe tetap mengalir baginja.

Sang Penghimpoen Capita Selecta

Moengkin diantara toelisan Pak Natsir jang masjhoer dan banjak itoe, Capita Selecta-lah jang paling dikenal dan banjak diminati masjarakat hingga kini. Meskipoen bila melihat di pasaran, jang paling banjak ditjari ialah djilid pertama. Baik itoe tjetakan pertama oleh penerbit U.B. Ideal di Djakarta, setelah itoe oleh N.V. Van Hoeve Bandoeng pada dekade 1950-an hingga jang terakhir dekade 1970-an oleh Penerbit Bulan Bintang, Djakarta. Tapi di sini kita tidak hendak memfokoeskan pada sisi luar dari Capita Selecta itoe, melainkan sisi dalam jang hendak kita toendjoekkan kepada kaoem moeslimin dewasa ini khoesoesnja dan masjarakat Indonesia pada oemoemnja.

Capita Selecta ini moelanja dihimpoen oleh Datoek Padoeka Sati Alimin, jang dalam boekoe selaloe ditoelis D.P. Sati Alimin. Nama aslinja sebetoelnja Alimin. Sebeloem kemerdekaan, diantara kegiatannja sebagai goeroe bahasa Melajoe, loeloesan Normaal School. Setelah kemerdekaan, namanja ditambahi gelar karena diangkat sebagai Penghulu Nagari, dengan gelar Datoek Padoeka Sati. Setjara konvensional seharoesnja gelar itoe ditaroeh di belakang namanja. Namun bagi Alimin, jang memiliki perasaan estetika semantik bahasa Melajoe jang tinggi (karena berlatar goeroe bahasa dan sastra), ditaroehlah gelar itoe di depan namanja, sebagaimana kita kenal dalam boekoe-boekoe.

Bila kita periksa dalam djilid pertama jang ditjetak oleh N.V. Van Hoeve Bandoeng tahoen 1954 dan djilid kedoea jang ditjetak pertama kali tahoen 1957 oleh N.V. Mij Vorkink di Bandoeng dan tjetakan kedoea tahoen 2008 oleh PT. Abadi dan Yayasan Capita Selecta di Djakarta, tertera dengan djelas nama D.P. Sati Alimin sebagai penghimpoen kedua djilid Capita Selecta ini. Oentoek djilid ketiga, meskipoen diterbitkan pada 2008 atas kerdja sama PT. Abadi, Yayasan Capita Selecta dan Panitia Peringatan “Refleksi Seabad M. Natsir Pemikiran dan Perjuangannya” di Djakarta, menoeroet Prof. Dr. Busthanul Arifin, S.H.[6] naskah (manuskripnya) telah siap dan disimpan salinannja oleh beberpa orang sedjak beberapa tahoen djilid kedoea diterbitkan. Artinja, masih dalam penghoedjoeng dekade 1950 sampai dengan permoelaan dekade 1960-an.

Memang agak soelit mentjari djedjak kehidoepan D.P. Sati Alimin jang dilahirkan di Payakoemboeh Soematra Barat tahoen 1909 ini. Bahkan anak-anaknja poen tidak banjak mengetahoei kisah papanja –papa panggilan dari anak-anaknja- ini. Meskipoen ia banjak terlibat dalam medan perdjoeangan dengan para tokoh besar, bahkan namanja sendiri dianggap besar, sepertinja ia orang jang sangat tawadhoe dan menghindari popoelaritas. Moengkin haroes kita adakan penjelidikan khoesoes oentoek menggali kehidoepan pribadinja itoe.

Capita Selecta, dari Penamaan ke Penjoesoenan Tema

Setjara bahasa, Capita Selecta (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ditoelis Kapita Selekta) berarti boenga rampai karja ilmiah jang dianggap penting. Dalam bahasa Latin, Capita Selecta berarti bab jang dipilih, bab-bab pilihan. Moengkin sadja nama ini dipilih oleh penjoesoennja jang disetudjui Pak Natsir sendiri dengan alasan himpoenan toelisan ini memoeat berbagai persoalan dalam berbagai tema penting. Djoega moengkin agar sidang pembatja dapat memilih toelisan mana jang hendak dibatja terlebih dahoeloe sesoeai keperloean. Karena itoelah makna dari kata “selecta” jang berarti pilihan.

Pilihan-pilihan tema jang disoesoen dalam Capita Selecta djilid pertama sebagai berikoet (versi tjetakan N.V. Van Hoeve Bandoeng 1954):

NO TEMA DJOEMLAH ARTIKEL DAN HALAMAN
1 Kebudajaan-Filsafat 9 djoedoel, 52 halaman
2 Pendidikan 7 djoedoel, 60 halaman
3 Agama 8 djoedoel, 120 halaman
4 Ketatanegaraan 23 djoedoel, 152 halaman
5 Bunga Rampai 5 djoedoel, 28 halaman
Djoemlah 52 djoedoel, xii+412 Halaman

 

Sementara dalam djilid kedua (versi tjetakan PT. Abadi 2008) sebagai berikoet:

NO TEMA/KELOMPOK DJOEMLAH ARTIKEL DAN HALAMAN
1 Pidato Parlemen dan Radio 6 djoedoel, 70 halaman
2 Pidato dan Kotbah 13 djoedoel, 148 halaman
3 Bunga Rampai 26 djoedoel, 148 halaman
4 Interviu dan Goentingan Pers 29 djoedoel, 70 halaman
5 Dari Hati ke Hati 16 djoedoel, 42 halaman
6 Biodata Penoelis (tambahan cetakan 2008) 4 halaman
Djoemlah 90 djoedoel, xvi+482 Halaman

 

Dan dalam djilid ketiga (versi tjetakan PT. Abadi 2008) sebagai berikoet:

NO TEMA/KELOMPOK DJOEMLAH ARTIKEL DAN HALAMAN
1 Demokrasi versus Otoritarianisme 12 djoedoel, 80 halaman
2 Pidato di Konstituante 10 djoedoel, 62 halaman
3 Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia 19 djoedoel, 162 halaman
4 Lampiran:

Sadjak-sadjak dan Biodata

4 djoedoel+1 biodata, 13 halaman
Djoemlah 41 djoedoel+4 (sadjak), xii+317 Halaman

 

Bila kita djumlahkan seloeroehnja, Capita Selecta itoe mengandoeng 183 djoedoel artikel sedjoemlah 1.211 halaman. Djoemlah jang banjak tentoenja, boekan?

 

Moelanja “IS” dan “A. Muchlis”, Akhirnja “M. Natsir”: Komentar dari Para Pengantar Capita Celecta

Tidak dapat dipoengkiri, bahwa masjhoernja nama M. Natsir dalam doenia toelis menoelis dekade 1920 sampai dengan1930-an hampir tidak ada djedjaknja. Sebabnja, memang boekan nama terseboet jang ia pakai dalam setiap toelisannja. Sedjak terbitnja madjallah Pembela Islam pada 1929 jang dipelopori Toean A. Hassan bersama beberapa moeridja jaitoe: Sabirin, Fachroeddin Al-Kahiri, dan M. Natsir sebagai pengisi tadjuk rentjana, memang terdapat beberapa nama pena bagi para penoelis. Tidak terketjuali M. Natsir. Saat itoe, di madjallah jang terbit di Bandoeng ini, nama penanja adalah “I.S”[7]. Penoelis sendiri beloem mengetahoei apa kepandjangan dari nama “I.S” itoe.

Sedangkan menoeroet Zainal Abidin Ahmad, adalah soeatoe rahasia jang oemoem bahwa M. Natsir moelanja memakai nama pena “A. Muchlis”.[8] Oemoemnja orang mengartikan nama terseboet sebagai ‘Abdul Muchlis jang dalam bahasa Arab berarti hamba jang ikhlas. Moengkin memang itoe toedjoean M. Natsir menggoenakan nama pena terseboet. Agar dirinja dapat mendjaga keilkhlasan dalam setiap toelisan. Moengkin djoega agar tidak terkena fitnah popoelaritas jang oemoem mendjangkiti banjak penoelis jang masjhoer. Bertahoen-tahoen nama A. Muchlis dipakai dalam setiap toelisan jang dimoeat madjallah Pandji Islam dan Pedoman Masjarakat pimpinan Zainal Abidin Ahmad di Medan.

Penoelis sendiri beloem mendapat keterangan jang pasti mengenai alasan M. Natsir menamai dirinja I.S. dan A. Muchlis. Djoega mengenai kapan dan kenapa nama itoe tidak digoenakan lagi, perloe diadakan penjelidikan lebih landjoet. Sementara, kita soedahi doeloe pembahasan nama itoe dan melandjutkan kandoengan komentar para pengantar.

D.P. Sati Alimin menjatakan, toelisan-toelisan jang ia himpoenkan ini masih aktuil, nilainja tidak lapoek dimakan masa. Toelisan ini (jang ia himpoen dalam Capita Selecta) tetap berhaga oentoek dibatja dan dipahamkan. Mari kita renoengkan! Memang toelisan-toelisan ini masih aktuil, bukan? Haroes kita ingat, toelisan-toelisan ini terbit pada masa-masa jang soelit. Di mana doeri-doeri pers begitoe banjak, dari persbreidel (pembredelan media massa) hingga staat van beleg (keadaan/soeasana pengepungan). Menoeroetnja poela mengenai Capita Selecta ini, soal apapoen jang dioeraikan, dasar dan ruhnja hanja satoe, jakni: :”Mengemoekakan dengan tjara hudjdjah jang tersendiri, langsoeng ataoe tidak langsoeng, akan ketinggian dasar dan adjaran-adjaran Islam” dan bahwa “Islam itoe adalah soeatoe atoeran-hidoep oentoek segala petjinta kemanoesiaan dan pentjinta Toehan.”

Pak Natsir, bagi Zainal Abidin Ahmad adalah seorang jang mengetahoei kapan haroes tampil ke depan, memberi komandi oentoek memimpin perdjoeangan bangsanja, djuga dia tahoe kapan masanja dia berkelakar dan bergembira oentoek menghiboer, membangkit semangat baru bagi perdjoeangan. Bagi sang pemimpin Pandji Islam ini, toelisan-toelisan A. Muchlis masih meroepakan pimpinan jang berdjiwa bagi angkatan jang sekjarang (tahoen 1954-pen). Baginja poela, Pak Natsir saat ini meroepakan pengamalan dari A. Muchlis di masa laloe dalam bentoek gagasan.

 

Pak Natsir datang pada saat jang tepat. Di dalam rangkaian pemimpin-pemimpin Islam Indoensia jang dipelopori oleh H. O. S. Tjokroaminoto dan H. A. Salim. Dia meroepakan mata rantai jang samboeng-bersamboeng oentoek melaksanakan ideologi Islam. Djika A. Muchlis memberi komando dalam toelisan pada tahoen-tahoen jang laloe, maka sedjak zaman Kemerdekaan, ia adalah Pak Natsir jang langsoeng terdjun ke tengah-tengah medan djihad bersama kawan-kawan seideologi mhoepoen jang tidak, mengantarkan bangsa dan negara ke tempat jang lajak dan sesoeai sebagaimana negara merdeka dan berdaoelat.

Pak Natsir, menoeroet Boeja Hamka senang sekali dodoek di medja toelisnja seorang diri, menoelis oentoek menjatakan fikiran-fikirannja dengan bebas dan merdeka, seperti djoega di kelas di depan moerid-moeridnja. Ia mendjauhi arena gembar-gembor, dalam toelisan-toelisannja hal itoe dapat diperhatikan. Boeja Hamka sendiri mengoesoelkan agar koempoelan karangan ini disalin ke bahasa Arab dan bahasa Inggris, karena dapatlah diartikan toelisan-toelisan ini sebagai fikiran dari kaoem Moeslimin Indonesia, jang soedah pada tempatnja kita kemoekakan.

Prof. Dr. Laode M. Kamaluddin menjatakan, sebagai seorang tokoh dan pemikir jang berwawasan peradaban, M. Natsir tidak pernah berhenti berpikir dan berboeat oentoek memadjoekan oemat dan keoetoehan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) jang telah diperdjoeangkannja melaloei Mosi Integral. Begitoe diantara pengatarnja dalam penerbitan kembali ketiga djilid Capita Selecta dalam rangka menjamboet satoe abad M. Natsir, jang mana ia sendiri adalah ketoea panitianja. Menoeroetnja, djilid pertama mengandoeng pemikiran jang inovatif dan tjemerlang mengenai peradaban Islam, sedang dalam djilid kedoea dan ketiga, lebih banjak mengenai konsep ketatanegaraan dan bagaimana Natsir mewoedjoedkan tjita-tjita dari pemikirannja itoe. Serta bagaimana ia mempertahankan gagasannja sekoeat moengkin dengan tjara jang selaloe santoen meskipoen gagasan jang ia lawan keloear dari orang jang berlainan kejakinannja.

Penoetoep

Akhirnja, penoelis sampai pada penghoedjoeng toelisan singkat ini jang bermaksoed mengantarkan pembatja oentoek lebih dekat dengan Capita Selecta. Moengkin bagi kita generasi moeda sekarang ini, dengan minat membatja jang masih sangat rendah, bisa sadja karja besar sematjam Capita Selecta ini tidak ada artinja, terlebih boekoenja soedah oesang lahirnja. Tapi, kita boektikan sadja, kekoeatan keilkhlasan Pak Natsir dalam menoelis dengan tolak oekoer sedjaoeh mana karja itoe akan diterima generasi setelah kita. Sekoerang-koerangnya, apa jang soedah mendjadi boekti lestarinja toelisan Pak Natsir ialah sampainja toelisan itoe pada kita, hingga kita mengadakan madjelis khoesoes oentoek mendaras boekoe Pak Natsir itoe.

Saja menjadari toelisan ini banjak kekoerangan, teroetama soal informasi mengenai sedjarah pengoempoelan toelisan-toelisan Pak Natsir. Oentoek itoe saja memohon dengan segala kerendaha hati, soedi kiranja sidang pembatja memberi nasihat dan masoekan-masoekan kepada saja, agar nanti dapat saja perbaiki jang roesak, djoega saja tambah apa jang koerang! Sekian, semoga Allah subhanaHu wa ta’ala meridhoi oepaja kita dalam melestarikan karja-karja para ‘ulama-mujahid pendahoeloe kita.

[1] Mengenai kehidupan pribadi dapat meroedjoek: Lukman Hakiem. Biografi Mohammad Natsir. Kepribadian, Pemikiran, dan Perjuangan. Jakarta: Pustaka Alkautsar. 2019. Selandjoetnja ditoelis Lukman Hakiem. Biografi… Boekoe ini boleh dibilang sebagai biografi jang lengkap mengenai kehidupan Mohammad Natsir jang ditoelis oleh orang dekatnja sendiri. Penoelisnja pernah mengatakan kepada kami sebeloem boekoe ini terbit, bahwa boekoe ini ingin mengangkat pribadi Natsir apa adanja, sebagaimana jang dilihat dan dialami oleh penoelisnja dan tidak ingin terlaloe menjandjoeng kebaikannja seperti toelisan-toelisan jang lain.

Tulisan ini adalah pengantar menjelang Daras Boekoe Capita Selecta di Bandung.

Oleh: Fakhri Nurzaman – Penoelis adalah anggota JIB tjabang Bandoeng dan pendiri Perpoestakaan Rumah Mulia di Tjiandjur

 

[2] Lukman Hakiem, Biografi… hlm 24.

[3] Lukman Hakiem, Biografi… hlm 649.

[4] Penjataan M. Natsir sendiri dalam pengantarnja bahwa boekoe ini berasal dari catatan atau diktat oentoek koersoes calon muballigh, lihat M. Natsir. Fiqhud Da’wah. Cetakan ke-4. Jakarta: Dewan Da’wah Islamiyyah Indoensia. 1978. Lihat djoega cetakan ke-14, Jakarta: Dewan Da’wah Islamiyah Indoensia. 2017. Dalam pengatar dari Prof. Dr. Ir. A.M. Saefuddin selakoe ketoea pembina DDII, bahwa Fiqhud Da’wah ini meroepakan diktat jang bersifat magnum opus Pak Natsir. Boekoe ini menjadi bahan roedjoekan di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM).

[5] Sohirin Mohammad Solihin. Mohammad Natsir: Intellectualism and Activism in Modern Age. Kuala Lumpur: IIUM Press. 2013.

[6] Mantan Ketua Muda Mahkamah Agung RI, murid langsung D.P. Sati Alimin saat kelas lima Sekolah Rakjat tahoen 1941, zaman pendjadjahan Djepang (saat masa djadjahan Belanda bernama HIS –Hollands Inlande School) di Soematra Barat. Lihat “GURUKU D.P. SATI ALIMIN (Menyongsong Peringatan Hardiknas 2 Mei 2002)” dalam Buletin Dakwah, No. 18 Tahun XXIX. 3 Mei 2002/20 Shafar 1423.

[7] M. Natsir. Islam dan Kristen di Indonesia. Bandung: Peladjar-Bulan Sabit. 1969.

[8] Dalam Sepatah Kata buku M. Natsir. Capita Selecta. Bandoeng: N.V. Van Hoeve. 1954. Halaman vii.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here